
Di Era Digital, Pandu Arya Wicaksono Buktikan Anak Muda Tetap Bisa Jadi Dalang Hebat
EdithNews.con (Kota Bekasi) – Di tengah derasnya arus teknologi dan budaya populer digital, masih ada generasi muda yang setia menjaga warisan budaya nusantara. Salah satunya adalah Pandu Arya Wicaksono, seorang pelajar kelas 11 Matematika dan Sains dari SMAN 2 Tambun Utara, Kabupaten Bekasi.
Lahir di Bekasi, 6 April 2009, Pandu adalah sosok inspiratif yang telah menekuni seni pedalangan sejak usia belia. Ia memulai perjalanannya di dunia wayang kulit di Istana Anak-Anak TMII, sebelum memperdalam ilmu dan keterampilannya di berbagai sanggar ternama seperti:
Sanggar Saeko Budoyo, Cakung, Jakarta Timur
Sanggar Panji Laras, Cilangkap
Sanggar Wayang Golek Ajen, Wisma Jaya, Bekasi
Meski masih berstatus pelajar, jejak panggung Pandu terbilang mengagumkan. Ia telah tampil dalam berbagai pentas budaya di lokasi-lokasi prestisius, seperti:
Taman Mini Indonesia Indah (TMII)
Museum Wayang Kota Tua, Jakarta
Kampus Universitas Padjadjaran (UNPAD), Bandung
Kampus Universitas Indonesia (UI), Depok
Serta di sejumlah ruang publik dan acara seni budaya lainnya
Ketika ditanya alasan di balik kecintaannya terhadap dunia pedalangan, Pandu menjawab dengan penuh semangat:
> “Saya suka menjadi dalang karena seni wayang itu lengkap. Ada cerita, musik, suara, gerak, semua jadi satu. Saya bisa mengekspresikan diri sekaligus melestarikan budaya Indonesia,” ungkap Pandu.
Menurutnya, menjadi dalang bukan hanya tentang memainkan tokoh-tokoh pewayangan, tapi juga tentang merawat nilai-nilai luhur seperti kejujuran, keberanian, dan cinta tanah air yang terkandung dalam setiap kisah.
Ketekunan Pandu menjadi simbol bahwa warisan budaya tidak akan punah selama masih ada generasi muda yang mencintainya. Di era serba digital ini, Pandu mampu menyeimbangkan dunia modern dengan akar tradisi — menjadikan wayang bukan sekadar tontonan, tetapi juga tuntunan bagi generasi masa depan.
(LATIFAH)