
Kalampangan Kembangkan Proklim, UMKM Camilan Khas, hingga Budidaya Lebah Madu
EdithNews.com (PALANGKARAYA) – Kelurahan Kalampangan di Kecamatan Sabangau, Kota Palangkaraya, terus menunjukkan perkembangan pesat sebagai kawasan berbasis lingkungan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Terletak di jalur Trans Kalimantan menuju Banjarmasin, wilayah seluas 4.625 kilometer persegi ini kini dikenal sebagai Kampung Proklim, produsen camilan khas, sekaligus sentra budidaya lebah madu.
Kelurahan Kalampangan dipimpin Lurah Yunita Martina, SH., M.AP. Memasuki kantor kelurahan, pengunjung langsung disambut deretan piala dan piagam penghargaan atas berbagai prestasi yang telah diraih.
Pada Kamis (20/11/2025), EdithNews.com berkesempatan mengunjungi Kalampangan atas undangan Lurah Yunita. Saat tiba, sedang berlangsung kegiatan Gerakan Pangan Murah (GPM) yang digelar Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah melalui Dinas Ketahanan Pangan bekerja sama dengan Disperindag dan Bulog.
Program yang telah berjalan sejak Januari 2025 ini rutin berpindah lokasi sesuai permintaan desa atau kelurahan. Berbagai kebutuhan pokok dijual dengan harga terjangkau, seperti beras SHP 5 kg Rp55.000, beras Punakawan Rp56.000, telur 10 butir Rp20.000, bawang merah dan putih Rp30.000 per kg, gula pasir Rp15.000 per kg, serta minyak goreng.
Lurah Yunita menyampaikan bahwa sejumlah UMKM di Kalampangan telah berkembang pesat. Produk yang dihasilkan meliputi keripik buah naga, camilan buah naga, keripik kelakai, dan madu dari lebah Mellifera maupun lebah Kalulut.
“Produk camilan dan madu sudah dikemas menarik dan dipasarkan ke berbagai tempat,” ujar Yunita.
Salah satu penggerak ekonomi lokal adalah Must Yoan Farm, yang dikelola oleh Yoanes Budiyana sejak 2018. Budi—sapaan akrabnya—memulai budidaya lebah Mellifera yang dibawanya dari Temanggung, Jawa Tengah. Kini, Must Yoan Farm tidak hanya memproduksi madu, tetapi juga menjadi tempat pelatihan bagi masyarakat yang ingin belajar budidaya lebah.
“Kami terbuka bagi siapa pun yang ingin belajar budidaya lebah madu,” ujar Budi.
Ia menjelaskan, lebah Kalulut merupakan jenis lebah asli Kalimantan. Berukuran kecil dan tidak menyengat, lebah ini dapat dipanen setiap 2–3 minggu. Sementara lebah Mellifera dipanen setiap 2–3 bulan.
Budi memastikan madu yang dihasilkan murni dan dikemas sesuai standar. “Untuk madu Mellifera Borneo, kami sudah menerima pesanan dari luar negeri,” ungkapnya.
Yunita juga menegaskan bahwa Kalampangan ditetapkan sebagai Desa Proklim — Program Kampung Iklim yang digagas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Program ini bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap perubahan iklim, memperkuat ketahanan lingkungan, serta mengurangi emisi gas rumah kaca. Kegiatan Proklim di Kalampangan meliputi pengembangan energi terbarukan, pengelolaan sampah, penghijauan, hingga ekonomi hijau berbasis masyarakat.
Menjelang siang, rombongan berpamitan kepada Budi. Sebagai oleh-oleh, diberikan sebotol kecil madu Kalulut.
“Madunya manis, ada sedikit asam, rasanya khas, dan aromanya kuat,” ujar Denny Zakhirsyah usai mencicipinya.
(Endharmoko)



